Kenapa Harus Nyatet Sembarangkalir

Di umur kepala 2 atau orang biasanya bilang twenty something, hidup sudah terasa mulai nda asik. Saya ingat waktu SMA kelas 3, saya ingin banget sesegera mungkin kuliah. Namun disaat kuliah, bayang-bayang lulus mau jadi apa sudah membayangi sejak semester 4. Quarterlife crisis, begitu kata orang-orang.

Lulus kuliah S2 di Jepang tidak membuatku ingin show off, malah bayangan komentar-komentar nyinyir yang aku sebisa mungkin hindari. Begitu susah untuk hidup di umur optimal ini. Tapi ada satu habit yang sampai sekarang saya lakukan dan saya ingin bagikan di tulisan ini. Habit ini simple, taking a note for everything.

Alasan apa yang membuat saya membiasakan untuk take a note?

Take a note membiasakan kita untuk fokus apa yang kita tulis

Means kita benar-benar membaca apa yang kita baca. Ini bermanfaat apabila saya ingin mempelajari sesuatu yang baru. Saya punya notes tentang ribuan kosakata jepang yang saya kumpulkan mulai 2016 - sekarang dari apapun yang saya lihat, saya dengar, saya baca. Dari ribuan kosakata ini, saya belajar memorizing yang benar. Saya kurang setuju dengan statement “Belajar itu jangan dihafalkan”, karena belajar itu ya butuh memory, recalling memory. Statemen ini overrated dan mostly irritatingkalau saya dengar berulang-ulang, karena tidak masuk akal bagi saya. Singkat kata, menulis adalah salah satu caraku untuk fokus mempelajari sesuatu (tentunya juga dengan menghafal dan memahami).

Take a note bagian dari cara untuk melibatkan indera kita dimana semakin membuat kita mudah mengingat

As I said just now, memorizing is part of the game. Belajar itu bagaimana cara saving and recalling terms, definitions, abstract way, concept that we believe it will usefull someday. Tapi orang suka mengeluh, susah banget sih caranya mengingat. Gimana caranya bisa mengingat? Yah, elu dah dari sananya pinter sih, gua mah apa. :(( Untuk bisa menyimpan long term memory, perlu usaha yang besar, salah satunya melibatkan indra kita. Sebagai contoh:

  • Mata, kita gunakan disaat ingin latihan kanji melalui flashing-card.
  • Hidung, sebenarnya untuk belajar koding atau menghafal kanji tidak perlu mengendus, tapi believe me or not, saya masih ingat moment beserta scene disaat saya masih TK saat saya mencium bau parfum tertentu, so sniffing related with recalling memories too.
  • Menulis, ini agak tricky karena kalau kita menulis tanpa ada tujuan juga tidak belajar. Menulis disini menulis hasil dari recalling memory kita, bukan menjiplak saja.
  • Menerapkan, menerapkan disini maksudnya menggunakan apa yang kita pelajari tadi. Misal, kita belajar bahasa jepang, kita mencoba membuat kalimat, mencoba menulis email, mencoba aisatsu, mencoba menjelaskan sesuatu, dan lain-lain.

Take a note adalah aksi untuk meninggalkan jejak, jadi kalau lupa pun tinggal lihat kembali

Long term memory perlu presistent, consistent, tidak bisa instan. Tinggal search di google gimana caranya kita persistent, bukan search makanan yang baik untuk kesehatan otak aja yang di search.

Take a note juga membuat kita bangga, karena dengan melihat milestone note yang kita buat, kita memiliki little achievement

Ini penting. Di perjalanan kita belajar sesuatu, kita mudah putus asa, mutung di tengah jalan karena begitu hecticnya yang dipelajari. Saya ingat, waktu beberapa bulan datang ke jepang dan literally tidak bisa bahasa jepang yang practical, waktu saya mandi saya terkena panic attack, jantung berdegup kencang, was-was, ketakutan yang luar biasa, padahal suasana diluar lagi cerah-cerahnya dan tidak ada pemicu aktif. Saya sadari, saya perlu bergerak untuk belajar bahasa jepang. Tapi saya juga mudah putus asa karena begitu banyak yang perlu dipelajari. Salah satu hal yang tetap membuat saya belajar dan mengasah bahasa jepang saya adalah: membuat note tentang milestone menghafal kanji dari level 10級 sampai 準2級. Bangga perlu teman-teman! bangga berbeda dengan sombong, jangan diabu-abukan.

 Share!

 
comments powered by Disqus